Wedang teh itu masih hangat ketika kamu selalu memberi tawa
Masih mendekap dalam doa
Masih merangkul dalam canda
Masih menepuk dalam kegusaran
Dan Menghilangkan gusar dengan cinta
Ah kamu, bukannya banyak urusan?
Masih sempat juga kamu belikan wedang teh di tikungan itu
Tempat mengadu kasih,
Berjalan bergandeng tangan dengan segala gurau terlepas
Oh... Tuhan andaikan waktu dapat kuputar
Sayangnya saya hanya peran utama, bukan sang pembuat skenario
Wedang teh itu masih hangat,
Saat roti sudah cukup kenyal untuk di kunyah