Risau tak pernah memilih
Ia datang kerap kali dan mencoba untuk menakuti
Risau tak pernah berniat menghantui
Namun sifatnya menghakimi
Atas segala perilaku manusiawi
Yang mampu buatku jatuh hati, berkali-kali
Dihadapan sebuah mayor
Aku minor terhadapnya
The glory's chant
The victory we made
On the day
We were meant to be
-nrzhr
Kau,
Yang dalam hening ku ingat
Dalam diam ku cinta
Dalam suasana gemericik air yang jatuh ketika hujan tadi sore
dan membuatku semakin jatuh hati padamu
Dalam hangatnya malam yang menenggelamkan sisa-sisa harapan
Dalam dinginnya dini hari yang membekukan hatimu padaku
A. Tasya
7/11/16
Dingin menusuk tulang
Nafas terpengal-pengal
Jakarta
Matraman dengan petirnya sore itu
Dengan suara klakson mobil,
Ramai,
Hiruk pikuk,
Orang berdesakan kalang kabut
Badanku dingin, namun juga tak bergeming
Melihat jajaran mobil besar mengantre mau disidang
Ada pula ku lihat ibu tua berjualan tissu seadanya
Laki-laki muda malah berharap welas hati kaum iba
Jakarta,
Dan segala kepenatan di dalamnya
Sudikah engkau datang sekali lagi?
Menenangkan hati yang kau tinggal pergi
Mungkin bukan untuk kembali
Tak apa
Sekali lagi
Aku ingin melihatmu pergi
Tanpa membuatku meronta-ronta, menangis
Tak apa
Datang lagi
Sehingga aku dapat melepaskanmu pergi
Tanpa berpikir
Bahwa kau akan hadir lagi
6/10/16
Bagaimana aku bisa lupa?
Tentang bahagia yang kau rayakan dengan penuh haru, dan...
Tangisku yang makin menderu
Memburu haru
Selalu
Bagian dari dirimu adalah candu
Tangismu yang haru biru menahan pilu
Tawamu seperti meraung ingin membuka lembaran baru, dan..
Aku
Akan menjadi bagian dari masa lalu,
Selalu berharap
Menjadi pelabuhanmu
Tentang bahagia yang kau rayakan dengan penuh haru, dan...
Tangisku yang makin menderu
Memburu haru
Selalu
Bagian dari dirimu adalah candu
Tangismu yang haru biru menahan pilu
Tawamu seperti meraung ingin membuka lembaran baru, dan..
Aku
Akan menjadi bagian dari masa lalu,
Selalu berharap
Menjadi pelabuhanmu
Sebuah kolaborasi pertama
Teguh Arif & Adi Tasya